Studi IPEN, Temukan 500 Bahan Kimia Berbahaya dalam Pelet Plastik Daur Ulang dari 13 Negara, Termasuk Indonesi
Diskusi Publik mengungkap racun di balik Pelet daur ulang plastik untuk menyerukan global plastic treaty. -Foto : Fio Atmaja-
Adapun dampak dapat ditimbulkan dari senyawa racun plastik untuk kesehatan yaitu memiliki kemampuan untuk mengganggu sistem endokrin pada organisme hidup, termasuk manusia dan hewan.
"Senyawa ini juga dapat mengganggu fungsi normal hormon dalam tubuh, termasuk gangguan perkembangan reproduksi, gangguan hormonal, dan peningkatan risiko penyakit seperti kanker, penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan kondisi kesehatan serius lainnya,” bebernya.
BACA JUGA:Ecoton dan Indonesia Power Bangun Wisata Citizen Science di Wonosalam Jombang
Daru menjelaskan, tujuan dari proyek ini adalah untuk meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang digunakan untuk produk konsumen.
“Jenis plastik di daur ulang tidak bisa hilang bahan kimianya, karena saat proses produksinya sudah ditambahkan campuran bahan kimia,” ujarnya.
Setiap negara mengunjungi fasilitas daur ulang lokal berskala kecil dan membeli kantong pelet High-Density Polyethylene (HDPE) daur ulang.
Jenis plastik ini dipilih karena merupakan salah satu jenis plastik paling banyak digunakan dan didaur ulang. 28 sampel pelet dari 13 negara tersebut diteliti oleh ilmuwan dari Swedia, Jerman dan Denmark untuk analisis lebih luas mengenai kandungan kimia pelet plastik daur ulang.
“Plastik dibuat dengan 16.000 bahan kimia, setidaknya 25 persen di antaranya diketahui beracun, dan sebagian besar bahan kimia lainnya tidak memiliki informasi mengenai dampaknya terhadap kesehatan manusia atau lingkungan,” ungkapnya.
BACA JUGA:Sensus Sampah Plastik di Sungai Pogot Surabaya, Wings, dan Indofood Jadi Produsen Sampah Terbanyak
Plastik daur ulang juga dapat mengandung kontaminan kimia dari cara penggunaan plastik aslinya. Misalnya, jika wadah pestisida plastik didaur ulang, pestisida beracun dapat berakhir di bahan daur ulang.
Sementara itu, anggota dari Indowatercop Amiruddin Muttaqin menjelaskan bahwa mendaur ulang plastik tidak akan menyelesaikan masalah sampah plastik, justru akan menambah permasalahan polusi plastik.
“Sudah banyak penelitian membuktikan bahwa daur ulang plastik menjadi vektor penyebaran bahan kimia beracun, dan proses daur ulang plastik dapat menghasilkan zat racun baru, sehingga menambah lebih banyak bahan kimia pada plastik daur ulang,” ulasnya.
Saat ini, tidak ada persyaratan internasional untuk memantau bahan kimia dalam plastik daur ulang atau membuat kandungan kimia dalam bahan dan produk plastik tersedia dan dapat diakses oleh publik.
Sumber: