Studi IPEN, Temukan 500 Bahan Kimia Berbahaya dalam Pelet Plastik Daur Ulang dari 13 Negara, Termasuk Indonesi

Studi IPEN, Temukan 500 Bahan Kimia Berbahaya dalam Pelet Plastik Daur Ulang dari 13 Negara, Termasuk Indonesi

Diskusi Publik mengungkap racun di balik Pelet daur ulang plastik untuk menyerukan global plastic treaty. -Foto : Fio Atmaja-

Mojokerto, Mojokerto.disway.id - International Pollutants Elimination Network (IPEN) bersama Indowatercop dan Ecoton dari Indonesia serta 12 negara lainnya menemukan 500 bahan kimia dalam pelet plastik daur ulang, termasuk 2 sampel pelet plastik daur ulang berasal dari pabrik daur ulang plastik Indonesia.

13 negara terdiri dari Indonesia, Argentina, Cameroon, India, Malaysia, Mauritius, Nepal, Nigeria, Serbia, Taiwan, Tanzania, Thailand, dan Togo memulai studi global tentang bahan kimia berbahaya dalam pelet plastik daur ulang sejak tahun 2020.

“Semua negara ini negara berkembang dimana daur ulang sangat masif dilakukan, tidak hanya untuk mengolah sampah plastik domestik dalam negeri tetapi sampah impor yang di kirim oleh negara – negara maju,” terang Daru Setyorini selaku Direktur Eksekutif Ecoton Foundation

Data yang baru-baru ini diterbitkan dari 13 negara termasuk Indonesia mengindentifikasi hampir 500 bahan kimia dalam pelet plastik daur ulang merupakan jenis pestisida, bahan kimia industri, PCB, dan zat beracun lainnya. 

Terdapat 2 sampel pelet plastik daur ulang berasal dari pabrik daur ulang plastik Indonesia, tepatnya di Jawa Timur, mengungkapkan sebanyak 346 bahan kimia terdeteksi dalam gabungan 2 sampel. 


Pelet plastik daur ulang. -Foto : Ecoton for Disway Mojokerto).-

Sampel pertama (IDN_01Y) terdeteksi sebanyak 184 bahan kimia, sampel kedua (IDN_02N) terdeteksi sebanyak 162 bahan kimia, dan 138 bahan kimia dari jumlah tersebut terdeteksi di kedua sampel. 

Terdapat top 30 bahan kimia yang memiliki konsentrasi paling tinggi pada setiap sampel (terlampir), dan sepertiganya merupakan zat bioaktif termasuk pestisida klopirifos (pestisida golongan organofosfat) dan obat-obatan. 

Senyawa-senyawa racun plastik bersifat bioakumulatif yaitu memiliki kemampuan untuk menumpuk dalam jaringan organisme hidup seiring waktu, terutama dalam rantai makanan.

 "Ini berarti organisme yang lebih tinggi dalam rantai makanan, seperti predator puncak, dapat mengakumulasi konsentrasi senyawa ini yang lebih tinggi dari yang terdapat dalam makanannya," ujarnya.

BACA JUGA:Ecoton Ajak Masyarakat Nonton Film Behind the Sachet, Film yang Mengungkap Ancaman Sampah bagi Lingkungan

BACA JUGA:Komunitas Nelayan Sekarmulyo dan Ecoton Sosialisasikan Perlindungan Habitat Ikan di Dusun Paras Jombang

Beberapa senyawa meliputi PCBs, DDT, dan beberapa pestisida organoklorin lainnya. Selain itu juga bersifat bersifat Persistent Organic Pollutants (POPs) yaitu dapat bertahan dalam lingkungan untuk waktu yang lama setelah mereka dilepaskan. 

Senyawa ini dapat tersebar luas melalui udara, air, dan tanah, dan dapat menyebar ke daerah yang jauh dari tempat asal mereka. Contohnya PCBs, DDT, dan beberapa pestisida organoklorin. 

Sumber:

b