Slamet, Aktivis Lingkungan Mojokerto Penerima Penghargaan Nominator Kalpataru 2024
Slamet, aktivis lingkungan yang mendapat penghargaan Kalpataru dari Kementrian Lingkungan Hidup-Foto : Slamet for Disway Mojokerto-
Mojokerto, Mojokerto.disway.id - Slamet, aktivis lingkungan dari Desa Penanggungan, Trawas, Mojokerto, berhasil meraih nominator penerima penghargaan Kalpataru 2024 tingkat nasional dalam kategori perintis lingkungan.
Penghargaan ini diberikan atas perjuangannya dalam kegiatan pertanian organik dan kehutanan membuatnya menjadi salah satu dari 20 nominator terbaik.
Kalpataru merupakan apresiasi tertinggi dari Pemerintah Republik Indonesia untuk individu atau kelompok yang berjasa dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup di Indonesia.
Ketua KTH Alas tersebut menyampaikan, ia tidak terobsesi untuk mendapatkan penghargaan ini, tetapi menganggapnya sebagai apresiasi atas eksistensinya dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup.
BACA JUGA:Satu Lagi Terobosan Tjiwi Kimia, Polybag Ramah Lingkungan !
"Kalpataru icon dari Kementerian Lingkungan Hidup, penghargaan bergengsi sebenarnya. Saya tidak berpikir untuk mendapatkannya, tetapi fokus pada komitmen pribadi untuk menjaga lingkungan dari kerusakan yang sudah buruk sejak dulu," jelasnya, Rabu (19/6/2024).
Slamet, lahir pada 2 Oktober 1970, merupakan anak seorang petani bercita-cita membentuk komunitas mandiri dengan prinsip kewirausahaan sosial. Dengan moto “Setiap Individu Pembawa Perubahan".
Kondisi hutan milik Perhutani tahun 2002 yang gundul paska terjadinya penebangan Liar.-Foto : Slamet for Disway Mojokerto-
Ia aktif di Lembaga Lingkungan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Mojokerto selama empat tahun setelah tamat SMA, sebelum kemudian bergabung dengan Yayasan Peduli Indonesia.
"Awalnya dulu saya aktif di PPLH mulai tahun 1994. Isu Lingkungan nasional dan global sering dibahas disana, kemudian saya aktif di Peduli Indonesia," bebernya.
Di Yayasan Peduli Indonesia mulai tahun 1995 - 2007 kegiatan banyak di masyarakat dengan pendampingan pada masyarakat melalui program cuman satu pertanian berkelanjutan.
BACA JUGA: TPA Randegan Bermasalah, Sampah Rumah Tangga Menumpuk di Lingkungan Perumahan
Setelah itu, ia aktif di Peduli Indonesia dengan kerja-kerja pendampingan dalam program Pertanian Berkelanjutan. Selama melakukan pendampinganbini muncul inspirasi membangun komunitas petani organik bisa menjawab hulu hilir sektor pertanian di pedesaan.
Pada tahun 2007, ia pulang ke kampung halamannya dan membentuk komunitas petani organik Brenjonk. Komunitas ini telah melatih dan mendampingi 109 peserta kader organik di lima desa, dengan area sertifikasi organik seluas 18 hektar dari luas ini yang 8 Ha akumulasi lahan pekarangan dan yang 10 Ha area klaster padi organik.
Sumber: