Diterjang Produk Industri, Perajin Logam Kuningan di Trowulan Mojokerto Tetap Eksis
Kerajinan kuningan karya Multazam-Fio Atmaja-
Mojokerto, mojokerto.disway.id – Meski diterjang perkembang industri besar-besaran, Multazam, perajin logam kuningan asal Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto sudah 18 tahun menggeluti dunia sebagai perajin logam kuningan sejak 2005 tahun silam masih tetap eksis hingga sekarang.
Lokasi Desa Bejijong menjadi sentra kerajinan logam membuat ia menyesuaikan keadaan. Pada awalnya tahun 2002 ia sudah menekuni usaha tersebut namun hanya sebatas penjual dan ambil barang dari orang lain.
“Tiga tahun kemudian tepatnya tahun 2005 kami mampu memproduksi sendiri,” ucapnya, Jum’at (24/11/2023).
Hasil kerajinan berbahan dasar logam kuningan-Fio Atmaja-
Proses pembuatan kerajinan logam kuningan diawali dengan pembuatan cetakan dari bahan lilin. Untuk lilin dipakai cetakan ini sama dengan digunakan pada kerajinan kain batik pada umumnya.
Selanjutnya cetakan tersebut dibungkus tanah liat, baru kemudian dibakar. Pembakaran cetakan memperhatikan seberapa banyak kuantitas dipesan. Ada dua metode dalam menghasilkan kerajinan kuningan, yakni dengan cor basah dan cor kering. Namun disini fokusnya cor kering. Jadi, bikin cetakan dulu, lalu tinggal dituang logam kuningan sudah cair, kemudian tinggal ditunggu logamnya dingin.
“Sementara pengeringan cetakan tergantung cuaca. Misalnya mendapat pesanan pengecoran sekitar 1 kuintal. Maka estimasi pembakaran cetakan dimulai sejak pukul 07.00-16.00,” bebernya.
Setelah cetakan selesai, proses selanjutnya logam kuningan telah dicairkan dituangkan dalam cetakan. Proses ini memakan waktu hingga satu malam dan besoknya baru dipecah atau dibongkar.
Pada tahap finishing, hasil kerajinan logam telah dicetak semalam akan dihaluskan dengan alat gerindra yang kemudian sampai ditahap akhir pemberian warna. Sedangkan pewarnaan ini tergantung pesanan.
“Paling sering ada warna gold dari pesanan orang Bali, bahkan ada juga warna hjau,” jelasnya.
Multazam menjelaskan bahwa saat pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu, menjadi pukulan tersendiri baginya. Sebab, interaksi konsumen akhir dengan dirinya harus mengacu pada berbagai regulasi berlaku saat pandemi masih berlangsung.
“Industri logam termasuk agak terlambat bangkit akibat pandemi Corona. Karena kami banyak interaksi dengan orang luar negeri lewat jaringan bisnis kami di Bali. Tentu harus menyesuaikan dengan aturan-aturan yang ada,” tambahnya.
Proses cetak cor kuningan-Fio Atmaja-
Hal ini tentu berbeda dengan industri lokal. Sebab, industri lokal dapat menyiasati dengan mengubah sisi manajemen. Misalnya menambah layanan pesan antar gratis atau layanan lainnya.
Sumber: