Quarter Life Krisis, Fase Penuh Tantangan Bagi Mereka di Usia 20-an, Tantangan dan Solusinya
Fase yang membingungkan dan menantang bagi usia 20-an -Foto : Pinterest-
Mojokerto, Diswaymojokerto.id – Quarter Life Crisis adalah fase yang sering kali membingungkan dan menantang bagi mereka di usia 20-an. Banyak yang merasa kehilangan arah, tidak percaya diri, bahkan cemas akan masa depan.
Perasaan ini sebenarnya sangat wajar dialami, karena fase ini bukan akhir dari segalanya, melainkan sebuah kesempatan untuk refleksi diri, menentukan tujuan yang lebih realistis, dan menemukan jati diri yang sebenarnya.
Fase ini sering kali dianggap periode penuh kebahagiaan dan kebebasan, namun sebagian orang, fase ini menjadi hal yang membingungkan dan penuh tantangan, ini dikenal sebagai Quarter Life Crisis.
Quarter Life Crisis adalah kondisi ketika seseorang mengalami keresahan dalam menentukan arah dan keputusan hidup, terutama terkait karier, jati diri, dan hubungan dalam percintaan.
Quarter Life Crisis mengalami keresahan dalam menentukan arah dan keputusan hidup -Foto : Pinterest-
Pada fase ini, individu menghadapi berbagai hal baru, mulai dari segi pendidikan, karier, hubungan sosial, hingga tanggung jawab pribadi.
Tekanan dari masyarakat, orang tua, dan diri sendiri untuk mencapai kesuksesan finansial, membangun hubungan yang stabil, dan memulai karier sering menjadi pemicu utama krisis ini.
Seseorang yang mengalami Quarter Life Crisis bisa menunjukkan berbagai gejala emosional dan perilaku, seperti :
- Tidak percaya diri : sering membandingkan diri dengan orang lain dan merasa tertinggal
- Merasa kehabisan waktu : Ingin melakukan banyak hal, tetapi merasa waktu terbatas untuk meraih cita - cita
- Kehilangan arah : merasa hampa, kurang motivasi, bingung tentang tujuan hidup
- Cemas dan depresi : Merasa cemas tentang masa depan dan rencana hidup, bahkan muncul gejala depresi.
- Perilaku Impulsif : Mengambil keputusan terburu – buru tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.
- Sulit berkomitmen : Takut terhadap masa depan sehingga menghindari komitmen dalam hubungan.
Sumber: