Pasar Semeru Kota Mojokerto, Mati Segan Hidup Tak mau

Pasar Semeru Kota Mojokerto, Mati Segan Hidup Tak mau

Pasar Semeru Kota Mojokerto, mati segan hidup tak mau-Foto : Elsa Fifajanti-


Tampak belakang Pasar Semeru sangat sepi. Tidak tampak aktivitas sebagai pasar-Foto : Elsa Fifajanti- 

Lokasi Pasar Semeru, sebetulnya cukup strategis dengan 720 ruko yang tersebar di empat zona utama: A, B, C, dan D, di atas lahan seluas 4 hektar

Zona-zona ini dirancang untuk mengelompokkan jenis dagangan, mulai dari kebutuhan pokok, pakaian, elektronik, hingga kuliner, guna menciptakan lingkungan belanja yang lebih tertata dan nyaman. 

Pasar Semeru diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Kota Mojokerto, termasuk menarik minat pedagang milenial. 

Pasar ini juga dilengkapi berbagai fasilitas pendukung, seperti toilet difabel, tempat cuci bersama, serta seating area yang bisa digunakan untuk bersantai 24 jam.

BACA JUGA:Alami Kecelakaan Tunggal, Anggota Satpol PP Puri Mojokerto Tewas Usai Tabrak Pagar Beton

BACA JUGA:Lindungi Konsumen, Timbangan Emas dan Takaran BBM di SPBU Disidak

Namun segala fasilitas yang telah ada tersebut, tampak sia-sia karena minimnya pedagang yang membuka lapak di sana. Karena masih sepi, pembelipun akhirnya enggan datang ke sana.

Salah seorang penjual es teler, sebut saja Ana, mengaku harus bekerja ekstra keras demi membayar uang sewa lapaknya di Pasar Semeru yang dibandrol 19,5 juta per tahun. Ia menyewa tahunan, minimal dua tahun.


Fasilitas Toilet Pasar Semeru yang bersih dan modern-Foto : Elsa Fifajanti-

Harga tersebut jauh lebih murah dibanding yang menyewa dalam hitungan bulan, per bulan sewanya antara Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Melihat besar kecilnya ruangan stand. 

Ana warga Griya Permata Ijen Wates ini mengatakan, di hari Sabtu, Minggu pembeli yang datang ke lapaknya cukup lumayan. Sementara di hari-hari biasa hanya 5-10 pembeli yang membeli es teler-nya. Padahal harga jualnya cukup terjangkau.

Pasar Semeru berada di pinggir jalan yang hampir selalu ramai 24 jam, dan di tengah perumahan yang padat penduduknya. Sebut saja perumahan Magersari Indah, Perumnas Wates, Perumahan Kedundung Indah serta Griya Permata Ijen. Belum lagi perkampungan yang mengapit lokasi Pasar Semeru.


Fasilitas mushola, tampak tidak sering digunakan, karena masih sepi pengunjung-Foto : Elsa Fifajanti-

Seharusnya di lokasi seperti itu Pasar Semeru bisa menjadi jujugan masyarakat membeli kebutuhan pokok, berkuliner atau sekadar nongkrong. Namun semua itu masih menjadi angan-angan pendiri pasar tersebut. Buktinya, pedagang enggan membuka lapak di sana, dan pembeli pun nyaris tak pernah ada. Kecuali jika ada even seperti pasar murah, pameran dan sejenisnya yang menarik minat masyarakat.

Sumber:

b