HUT ke 79 RI Tjiwi Kimia

Jejak Kebesaran Majapahit, Menelusuri Keunikan Candi Minak Jinggo

Jejak Kebesaran Majapahit, Menelusuri Keunikan Candi Minak Jinggo

Candi Minak Jingo salah satu candi peninggalan Majapahit yang masih berada di Trowulan. -(Foto : Fio Atmaja)-

 

Mojokerto, Mojokerto.disway.id  - Candi Minak Jinggo merupakan salah satu candi peninggalan kerajaan Majapahit terletak di Dukuh Unggahan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

 

Candi ini memiliki struktur yang terbuat dari batuan andesit dan batu bata. Candi ini juga memiliki relief yang menggambarkan seorang wanita berbadan seperti ikan dan raksasa bersayap dikenal dengan nama Minak Jinggo.

 

Juru pelihara Candi Minak Jinggo, Asiq mengatakan ,  tahun 2007, 2008, dan 2010, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur yang sekarang menjadi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur, melakukan pemugaran dengan membuka struktur bata masih terpendam.

 

Candi Minak Jinggo berdenah persegi panjang, melintang barat-timur dan berada di sisi utara halaman. Halaman sisi selatan tidak ada struktur, berupa tanah datar, yang diperkirakan berupa struktur bangunan utama yang dikelilingi oleh pagar.

 

“Pagar keliling tersebut terbuat dari susunan bata berspesi tanah berdenah persegi empat berukuran 22 meter x 23 meter. Pintu masuk ke dalam pagar diperkirakan dari arah barat karena di sebagian dinding pagar sisi barat ditemukan adanya profil yang menjorok ke barat (ke luar) dan timur (ke dalam) diperkirakan bekas trap tangga,” ucapnya, Senin (13/11/2023).

 

Menurutnya, Candi Minak Jinggo merupakan sebuah candi yang di dalamnya terdapat struktur bata, dan blok-blok batu candi baik yang keadaannya polos maupun bermotif.  Struktur bata yang ada sebagian besar terlihat melalui kotak-kotak ekskavasi yang pernah dilakukan pada tahun 1977, candi ini pernah dilakukan penggalian selama 10 bulan dan berhasil menemukan tiga lapisan pondasi.

 

“Pondasi paling atas susunannya tidak beraturan dan arahnya juga berbeda dengan lapisan pondasi di bawahnya, yaitu pasangan batanya spesi tanah. Sedangkan lapisan paling bawah berupa susunan bata dengan sistem gosok, berdenah persegi panjang dengan penampil di sebelah barat,” bebernya.

 

Saat ditemukan, candi dalam kondisi tidak utuh lagi.  Ini digambarkan oleh Captain Johannes Willem Bartholomeus Wardenaar saat ia mendapat tugas dari Raffles untuk mengadakan pencatatan peninggalan arkeologi di daerah Mojokerto. Hasil kerja Wardenaar tersebut dicantumkan oleh Raffles dalam bukunya “History of Java” (1817).

 

Pada saat itu Captain Johannes menyebut yang tergambar berupa sisa dari bangunan candi, berupa struktur dasar candi, yang terdiri dari batu berelief. Candi ini memiliki dua relief yang berukuran besar, salah satunya relief seorang wanita berbadan seperti ikan dan relief satunya lagi menggambarkan raksasa bersayap (tokoh garuda).

 

Dalam catatan Belanda candi ini dahulu oleh masyarakat disebut “Sanggar Pamalangan”, sedangkan arca raksasa bersayap dikenal masyarakat dengan nama Minak Jinggo (Menak Jingga).

 

Sebagai upaya perlindungan arca raksasa bersayap, arca kinara/kinari dan beberapa relief yang menggambarkan aktivitas sehari-hari, relief pola permukiman serta relief lansekap pedesaan disimpan di Pengelolaan Informasi Majapahit. (*)

 

 

Sumber:

b