Brain Rot dan Konten Receh

Senin 10-02-2025,09:37 WIB
Editor : Andung

Oleh : Cahya Suryani, MA*)

SEMUA INTERNET, mencari resep buka tiktok akan ada konten- konten masakan lengkap dengan perbumbuan. Mau tau cuplikan film buka internet. Bahkan sekarang marak konten mencari pasangan melalui vt Tiktok. I love internet dengan segala sajiannya tapi ternyata internet punya sisi berat.

Segala menjadi serba cepat dan media sosial menjadi tak terpisahkan dari kehidupan bersosial manusia. Mengutip pitutur dari Joko Pinurbo ‘’Jadi saya melihat salah satu penyakit manusia di era digital adalah manusia mudah kesepian, mudah dirudung rindu, mudah baper dan manusia-manusia yang semakin tidak sabar terhadap waktu.’’

Seberapa sering membuka media sosial? Entah tiktok, Instagram bahkan facebook? Mungkin setiap jam mengakses kecuali tidur.


Berselancar internet dengan gawai, terutama menggunakan medsos bisa menimbulkan Brain Rot -MAFINDO for Disway Mojokerto-

167 juta pengguna media sosial aktif di Indonesia, rata-rata penggunaan menghabiskan 3 jam 11 menit perhari hanya untuk mengakses media sosial. Bisa dibayangkan berapa banyak informasi yang diterima dan di olah oleh setiap individu?

BACA JUGA:Belasan Rumah dan Warung Rusak di Blooto Kota Mojokerto Usai Diterjang Angin Kencang, 5 Pohon Tumbang

BACA JUGA:Angin Kencang di Mojokerto Sebabkan Pohon Tumbang dan Rumah Warga Rusak

Media sosial dan informasi tidak dapat dipisahkan. Sudah banyak penelitian yang mengemukan ada hubungan antara kelebihan informasi dengan kelelahan bermedia sosial terhadap kepercayaan informasi palsu.

Mungkin muncul pertanyaan ‘’Kok bisa?’’. Media sosial menawarkan berbagai informasi yang tidak memiliki gatekeeper seperti media konvensional. Semua informasi menjadi satu dan semua pengguna bebas mengakses informasi tersebut.

Manusia memiliki keterbatasan mengakses informasi. Jika informasinya berlebihan, membuat individu Lelah, maka dengan mudah informasi yang diterimanya akan dianggap benar.


Brain Rot-MAFINDO for Disway Mojokerto-

Kebiasaan mengkonsumsi konten remeh temeh yang berlebihan, secara tidak langsung memberi makan pikiran kita dengan sesuatu yang tidak sehat. Seperti mengkonsumsi sampah sehingga otak kita bisa melemah bahkan membusuk dan pada akhirnya tidak dapat mengolah informasi sebagaimana fungsinya.

BACA JUGA:Panggung Utama Prajurit Kulon Bersholawat di Kota Mojokerto Ambruk Diterjang Angin Kencang, Acara Dibatalkan

Beberapa waktu belakang ini fenomena Brain rot cukup ramai menjadi pembahasan di ruang sosial. Brain rot termasuk budaya populer yang digunakan untuk menggambarkan dampak kesehatan mental dari konsumsi online secara berlebihan.

Oxford University Press memberikan definisi brain rot sebagai kemunduran kondisi mental atau intelektual individu karena konsumsi konten daring yang dianggap remeh dan tidak menantang. Konsumsi konten sampah seperti berita sensasional, hoaks, teori konspirasi dan juga konten ‘receh’ dapat mempengaruhi otak kita.

Moshel dkk (2024) menunjukkan proses kecanduan internet dapat menyebabkan perubahan structural otak yang memberikan pengaruh pada perilaku dan kemampuan kognitif. Kegiatan scroll yang dilakukan di media sosial dapat membuat pengguna terpaku pada layer gadget selama berjam-jam.

Hal inilah yang mengganggu perhatian dan mengubah sudut pandang kita dalam melihat dunia. Kok menakutkan ? Mau tidak mau ini terjadi pada kehidupan kita saat ini. Seberapa sering kita melihat notifikasi di media sosial, saat mengupload status atau konten foto/ video pasti kita akan tertarik pada siapa saja yang meninggalkan jejak pada postingan itu.

BACA JUGA:Polisi Gerebek Home Industri Miras Oplosan di Mojokerto, Sejumlah Botol dan Pemilik Diamankan


Aktivitas untuk antisipasi Brain Rot-MAFINDO for Disway Mojokerto-

Dan ini akan membuat kecanduan dan akan mengubah fokus dan melemahkan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi secara efektif. Karena paparan konten yang terus menerus dan berubah secara cepat.

Kesehatan mental merupakan salah satu dampak dari brain rot. Pasti pernah tiba-tiba cemas, khawatir saat melihat postingan pengguna media social. ‘’Kok aku tidak bisa seperti dia, hidup dia enak’’.

Kita lupa postingan media sosial ibaratnya hanyalah teras rumah yang terlihat dari luar, tapi kita tidak pernah tahu sisi lain dari teras itu. 

Lalu gimana cara mengatasi brain rot? Apa harus menutup media sosial, tidak mengakses internet? Tentu saja tidak bisa dilakukan karena sudah jamannya media sosial.

BACA JUGA:Pasta Gigi Bukan Sekadar Pembersih Gigi, 8 Trik Ajaib untuk Bersihkan Rumah

BACA JUGA:Jangan Mudah Tergiur Promosi Mie Instan, Waspadai Batasan Maksimal Konsumsinya

Kita bisa mengatasi brain rot dengan membatasi waktu penggunaan media sosial, misalnya membuka media sosial hanya saat waktu tertentu. Kita juga bisa memilih konten yang edukatif dan bermanfaat untuk dilihat, daripada konten yang tidak memiliki nilai tambah.

Kita juga bisa mengurangi aktivitas di media sosial dengan melibatkan diri dalam dunia nyata. Seperti membaca buku, menulis ataupun memasak dan bisa juga mengobrol dengan anggota keluarga tentu saja dengan sadar.

Akhir kata, 3 kunci untuk selamat diruang digital,pilih kontennya, pahami kontennya, dan pertimbangkan seberapa penting konten itu. Bukanlah sebuah tindakan bijak dengan menutup media sosial karena kita memiliki pilihan untuk kebaikan diri kita sendiri.

Salam Literasi, salam sehat jiwa.

 

*) Penulis adalah  Korwil MAFINDO Mojokerto

Kategori :