Proyek Mewlafor Masuk Tahap Pembuatan Biopori, Tim Melwafor Bertemu Kadis Dikbud Kab Mojokerto

Senin 12-05-2025,10:55 WIB
Reporter : Andung
Editor : Andung

 

Mojokerto, Diswaymojokerto.id – Setelah penanaman pohon di lahan seluas 251 hektar, Proyek Mewlafor (Maintaining Enhancing Wateryield through Land and Forest Rehabilitation – Pemeliharaan daerah tangkapan air melalui rehabilitasi hutan dan lahan) Kementerian Kehutanan)memasuki tahap pembuatan biopori. Fasilitator Proyek Mewlafor Jawa Timur, Sutisna S.Hut, M.P., mengatakan, saat ini sesi melakukan pembuatan biopori yang melibatkan sekolah di wilayah 7 kecamatan dan area DAS Brantas di Mojokerto.

‘’Ada 8000 biopori yang akan dibangun terkait Proyek Mewlafor. Pembuatan biopori ini tidak hanya secara fisik, tetapi juga melakukan sosialisasi kepada sekolah mengenai pentingnya konservasi air dan menjaga lingkungan,’’ katanya, Senin, 12 Mei 2025.

Yang juga tak kalah penting, tambahnya, sosialisasi dan pemahaman mengenai pentingnya biopori ini yang menjadi salah satu tujuan melibatkan sekolah di wilayah Kaupaten Mojokerto. Disebutkan, sekolah-sekolah yang menjadi prioritas sasaran pembuatan biopori adalah di 7 wilayah kecamatan di wilayah hulu Kabupaten Mojokerto, yakni Jatirejo, Pacet, Trawas, Gondang, Pungging, Kutorejo, Ngoro, dan lokasi lain.


Tim Mewlafor bertemu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudyaan Kabupaten Mojokerto, Ludfi Ariyono, AP, S.Sos, M.Si di kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Jumat 2 Mei 2025. Pertemuan itu membahas persiapan pembuatan 8000 biopori di sekolah-sekolah dan ling-andung - disway mojokerto-

Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan sekolah-sekolah di wilayah tengah dan sebagian wilayah Kota Mojokerto. Untuk di wilayah hulu, tambahnya, sasaran lain yang ingin dicapai adalah pembinaan dan pengenalan mengenaii mitigasi bencana di sekolah-sekolah, terutama mitigasi be bencana banjir di wilayah tersebut.

BACA JUGA:Tim Proyek Mewlafor Siapkan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik

BACA JUGA:Proyek MEWLAFOR, Kabupaten Mojokerto dapat Hibah Tanam Pohon 250 Hektar

Lebih jauh Sutisna menyebutkan, pihaknya akan melibatkan sekolah-sekolah adiwiyata di Kabupaten Mojokerto, mulai tingkat SD sampai SMA. ‘’Kami sudah melakukan koordinasi dengan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mojokerto,’’ tuturnya.

Koordinasi itu dilakukan sebagai langkah awal untuk persiapan pembuatan biopori dalam rangkaian Proyek Mewlafor di wilayah Kabupaten Mojokerto. ‘’Ini nanti akan kami tindak lanjuti dengan pihak terkait lainnya,’’ paparnya.

Tim Mewlafor sudah bertemu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mojokerto, Ludfi Ariyono, AP., S.Sos., M.Si, pada Jumat, 2 Mei 2025, dan menyampaikan rencana pembuatan biopori tersebut. Dalam dialog itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mojokerto sangat mendukung kegiatan tersebut.


Tim Mewlafor bertemu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mojokerto sebagai persiapan pembuatan 8000 biopori yang merupakan bagian dari proyek Mewlafor-andung - disway mojokerto-

‘’Prinsipnya, kami mendukung program Mewlafor. Monggo dikomunikasikan dengan sekolah-sekolah yang akan dituju. Kami mendukung sepenuhnya, sekolah-sekolah yang bisa dibuatkan biopori. Berapa jumlah yang bisa dibuat sesuai dengan kondisi sekolah,’’ kata Ludfi.

BACA JUGA:Hasil 16 Besar Liga 4 Nasional, PS Mojokerto Putra Sukses Taklukkan Persibat Batang 2 - 1

BACA JUGA:Cegah Aksi Premanisme, Polisi di Kota Mojokerto Gelar Razia Sajam dan Senpi

Sutisna bersama beberapa tim Mewlafor seperti Ari Sulistyo, S.Hut., M.T., M.Sc., sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK), dan bebearapa angota lainnya, menemui Kepala Dinas Pendidkan dan Kebudayaan Kabupaten Mojokerto, Ludfi Ariyono. Selain Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Tim Mewlafor ditemui Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Siti Mardijana, dan Kepala Bidang Darana dan Prasarana, Indi Ilmiyah. Dalam pertemuan tersebut juga dibahas rencana identifikasi, sosialisasi dan kegiatan yang akan dilakukan pada sekolah-sekolah yang akan mendapat proyek Mewlafor.

Sebagai informasi, Proyek MEWLAFOR (Maintaining Enhancing Wateryield through Land and Forest Rehabilitation – Pemeliharaan daerah tangkapan air melalui rehabilitasi hutan dan lahan) Kementerian Kehutanan) adalah proyek yang mendapat dana hibah dari program GEF 7 (Global Environment Facilities 7) sebesar USD 1,7 juta. Proyek Mewlafor diinisiasai UNIDO (United Nations Industrial Development Organizations) dan Aliansi Air Majapawitra, Mojokerto, dan difalitasi Kementerian Lingkugan HIdup dan Kehutanan.

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2018 memfasilitasi dialog nasional ‘The GEF-7 Implementation in Indonesia’ antara GEF dengan berbagai NGO, baik nasional dan internasional, pada September 2018 di Jakarta. Pada pertemuan itu tim Aliansi Air Majapawitra ikut hadir bersama tim dari UNIDO.


Tim ALiansi Air Majapawitra bersama tim UNIDO ketika mengikuti dialog nasional Implementasi GEF-7 di Indonesia yang diadakan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2018 lalu di Jakarta. Kegiatan itu Kegiatan itu sebagai awal pengajuan program tana-dok Aliansi Air Majapawitra for Disway Mojokerto-

Sebelum mengikuti dialog nasional uang difasilitasi KLHK, UNIDO dan Aliansi Air Majapawitra, melakukan kajian dan membuat proposal tentang konservasi dan rehabilitasi lahan di wilayah Kabupaten Mojokerto. Hasil kajian tersebut kemudian diajukan dalam program GEF 7 yang difasilitasi KLHK.

BACA JUGA:Status Naik Jadi Reguler, Puluhan CJH Cadangan Mojokerto Berangkat Haji 2025

Hasil fasilitasi tersebut, termasuk pembenahan atau perbaikan proposal yang dibuat dan diajukan UNIDO bersama Aliansi Air Majapawitra. Pembenahan proposal yang juga difasilitasi KLHK tersebut berhasil mendapatkan dana hibah dari GEF-7.

Proyek Mewlafor dilaksanakan di Kabupaten Mojokerto dan kick off proyek tersebut dilakukan pada Desember 2024 di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas. Proyek MEWLAFOR berupa penanaman pohon di 250 hektar lahan, penanaman bambu di 133 hektar lahan, pembuatan sekitar 600 sumur resapan, 8000 biopori.

Dalam Proyek Mewlafor juga ada pemberdayaan masyarakat dari hasil penanaman pohon dan bambu. Dalam program tanam pohon, tanam bamboo, pembuatan sumur resapan, dan biopori semua dbiayai, mulai pengadaan bibit, pemeliharaan, sampai panen.

‘’Juga ada keterlibatan peran wanita dalam program tersebut. Karena itu juga ada kelompok wanita tani di sekitar lokasi proyek itu yang dilibatkan,’’ pungkas Sutisna, S.Hut, M.P, Fasilitator Jawa Timur Proyek Mewlafor Kementerian Kehutanan.

Kategori :