Jalan jalan cuan bersama Dahlan Iskan

‘’Waktu Itu Aku Bukan Kesurupan ’’ : Mereka yang Depresi Bawa ke Psikiater Bukan ke Dukun

‘’Waktu Itu Aku Bukan Kesurupan ’’ : Mereka yang Depresi Bawa ke Psikiater Bukan ke Dukun

Ilustrasi tekanan mental -Ilustrasi Pinterest -

Mojokerto, Diswaymojokerto.id ‘’Setiap peringatan hari Kesehatan Mental se-dunia, saya pasti ingat peristiwa kelam yang pernah menimpa sekitar tahun 2012 lalu,’’ papar gadis berusia 29 tahun membuka perbincangan kami sore itu di akhir Oktober 2025 lalu.

Ya, 10 Oktober merupakan Hari Kesehatan Mental Sedunia yang ditetapkan oleh Federasi Kesehatan Mental Dunia (World Federation for Mental Health/WFMH). Saat itu WFMH dipimpin oleh wakil Sekretaris Jenderalnya, Richard Hunter. 

Peringatan ini pertama kali dirayakan pada tahun 1992 dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan kepedulian global terhadap isu-isu kesehatan mental. 

Prameswari, sebut saja nama gadis ini, lahir dan besar di kota kecil Mojokerto. Menamatkan sekolahnya dari SD hingga SMA di Mojokerto, Jawa Timur serta menyelesaikan pendidikan sarjananya di Bandung. 

Di sela rintik hujan, bersama sepiring kecil pisang goreng topping keju parut dan dua cangkir teh hangat tanpa gula, ia berkisah tentang ‘’sakit jiwa’’ nya kala itu. Kebetulan senja itu kafe yang kita singgahi di tengah kota Mojokerto di akhir pekan itu sedang sepi, sehingga obrolan kami tidak terganggu oleh suara-suara pengunjung lainnya. 


Ilustrasi keinginan bunuh diri-Ilustrasi Pinterest -

‘’Butuh waktu hampir 10 tahun baru berani menceritakan kisah kelam yang pernah terjadi pada diri saya,’’ ungkapnya sambil menerawang langit-langit. Ada tangis yang seolah ditahannya, namun dalam beberapa detik berubah menjadi senyum.

Kisah kelam itu terjadi sekitar tahun 2012, saat Prameswari masih duduk di bangku kelas XI sebuah SMA Negeri di Mojokerto. Meski terlihat ceria seperti halnya remaja lain seusianya, sesungguhnya saat itu Prameswari tengah memendam rasa sedih dan sakit hati pada kedua orang tuanya. 

‘’Mama sibuk sekali. Sebagai seorang redaktur di sebuah media yang berkantor di Surabaya, mama nyaris jarang membersamai saya dan adik,’’ tuturnya. 

Puncaknya, adalah ketika ia menyaksikan sang ayah berselingkuh dengan wanita lain. Parahnya lagi, dalam beberapa kesempatan ia sering bertemu dengan ayahnya bersama wanita lain itu, namun sang ayah tidak mengetahuinya.

‘’Mama sangat percaya diri bahwa ia wanita sempurna, pasti mama tidak akan percaya kalau saya infokan papa berselingkuh,’’ungkapnya. 


Buku harian Prameswari saat depresi lalu-Foto : Elsa Fifajanti-

Sebagai anak sulung, dengan seorang adik laki-laki, Prameswari merasa memilki tanggung jawab atas adiknya ini. Seringkali si adik diajak serta kerja kelompok bersama teman-temannya SMA, saat itu si adik masih duduk di bangku SD. 

‘’Kasihan adik di rumah sendirian kalau saya tinggal. Karena papa tidak pernah pulang tepat waktu. Dan mama tidak mengetahui karena pulangnya malam hari dari Surabaya,’’ ungkapnya.

Sumber: