HUT ke 79 RI Tjiwi Kimia

Situs Gemekan Mojokerto, Jejak Kerajaan Mataram Kuno Sebelum Majapahit

Situs Gemekan Mojokerto, Jejak Kerajaan Mataram Kuno Sebelum Majapahit

Situs Gemekan-Foto : Fio Atmaja-

Mojokerto, mojokerto.disway.id - Situs Gemekan yang berada di tengah persawahan di Dusun Kedawung, Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, menyimpan sejarah yang panjang.

 

Situs tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Medang atau Mataram Kuno, yang dipimpin oleh Sri Maharaja Rake Hino Mpu Sindok pada tahun 852 Saka atau 930 Masehi. Situs Gemekan jauh lebih tua dibandingkan Kerajaan Majapahit yang berdiri pada tahun 1293 Masehi.

Situs Gemekan awalnya berupa gundukan tanah setinggi 190-200 cm dengan luas 12 x 12 meter persegi. Tanah yang menimbun struktur purbakala di Situs Gemekan tidak pernah digali warga, meskipun sawah di sekelilingnya bekas digali untuk produksi bata merah. Penemuan Situs Gemekan berawal dari laporan warga setempat yang menemukan sumur dan struktur batu bata diduga berupa candi di sisi barat gundukan.


bentuk prasasti sebelum diangkat-Foto : Fio Atmaja-

“Tanah milik Mukid warga setempat itu memang dari dulu berupa gundukan dan tidak pernah digali. Kemudian warga Desa Gemekan melaporkan ke Hendra apabila ada temuan sumur dan struktur batu bata diduga berupa Candi,” ucap Sekretaris Desa (Sekdes) Gemekan, Kecamatan Sooko, Hendra Agung Setiawan.

Sebelumnya ekskavasi tahap pertama pernah di lakukan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI (Jawa Timur) sekarang jadi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah XI Jatim dan disponsori pendanaan dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kaloka, Malang yang berlangsung pada tanggal 7-12 Februari 2022. Pihaknya juga ikut membantu saat ekskavasi tahap pertama itu sampai selesai.

“Hari pertama ekskavasi BPK fokus di penampil di sisi barat ada di gundukan tanah,” bebernya.


Prasasti Masahar-Foto : Fio Atmaja-

Ekskavasi bertujuan untuk menyelamatkan dan mengungkap sejarah situs yang diketahui sebagai era kerajaan Mpu Sindok. Ekskavasi Situs Gemekan hingga saat ini sudah berjalan empat tahap.

Dari hasil ekskavasi, Situs Gemekan ternyata berdenah cruciform dengan struktur menjorok keluar pada masing-masing sisinya. Bangunan utama candi tersebut bersambung dengan struktur tangga sepanjang 150 cm dari timur ke barat. Lebar tangga 140 cm dari utara ke selatan.

Tangga candi di sisi timur, candi menghadap ke timur, sedangkan orientasi pemujaannya ke barat. Di depan atau sebelah timur candi utama terdapat tiga candi perwara atau candi pengiring. Masing-masing candi perwara berukuran 160 x 160 cm persegi.


Sekretaris Desa Gemekan Hendra Agung Setiawan-Foto : Fio Atmaja-

Ketiga candi ini berjajar segaris dari selatan ke utara. Candi-candi perwara di Situs Gemekan diperkirakan sebagai tempat arca wahana atau tunggangan tiga dewa utama dalam ajaran Hindu. Struktur tengah untuk arca wahana Dewa Siwa berupa lembu, sisi selatan untuk wahana Dewa Brahma berupa angsa, sedangkan sisi utara untuk wahana Dewa Wisnu berupa garuda.

 Bukti sejarah Situs Gemekan berupa Prasasti Masahar yang ditemukan di lokasi dan kini disimpan di kantor BPCB Wilayah XI Jatim/BPK Wilayah XI Jatim sekarang. Prasasti tersebut berukuran tinggi 91 cm, lebar 88 cm, tebal 21 cm.

 

Isi prasasti diukir menggunakan Aksara Jawa Kuno pada keempat permukaannya. Prasasti Masahar dikeluarkan atas perintah Sri Maharaja Rakai Hino Pu Sindok Sri Isanawikrama Dharmmotunggadewa alias Mpu Sindok, Raja Medang atau Mataram Kuno periode Jatim tahun 852 Saka atau 930 Masehi.

Salah satu isi prasasti ini menyebutkan bahwa Mpu Sindok menetapkan sawah di Masahar, wilayah Watek Padang menjadi sima atau tanah bebas pajak. Sawah berukuran tiga tampah tersebut dibeli Rakai Hanyangan selaku Lampuran Wabu bersama anak perempuannya, Dyah Parhyangan dengan emas sebanyak tiga kati lima swarna. Masahar kini menjadi Desa Gemekan.

Di dalam Prasasti Masahar, candi di Situs Gemekan disebut sebagai Prasada Kabhaktyan. Artinya, bangunan suci yang menjulang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan candi tersebut sudah runtuh hingga tersisa bagian kakinya saja. Karena pada zaman Mpu Sindok bangunan suci ini menjulang tinggi.

Hendra menambahkan, setelah ada Candi atau Situs Gemekan ditemukan di desanya, masyarakat Gemekan jadi semakin mengerti tentang budaya, dan sangat antusias ingin mengerti tentang situs-situs sejarah.

“Masyarakat Gemekan sangat antusias dengan adanya Situs Candi Gemekan yang di temukan di Desanya. Bahkan seringkali saya sehabis berkunjung ke candi gemekan ini dan bertemu dengan masyarakat, mereka betanya bagaimana candinya, bentuk aslinya seperti apa. Nah bagi saya itu salah satu wujud masyarakat Gemekan sudah mulai teredukasi dengan situs-situs bersejarah,” imbuhnya. (*)

Sumber:

b