Perajin Cobek Desa Mlaten Mojokerto Raih Keuntungan Besar saat Peringatan Maulid Nabi
Berkah Maulid Nabi, perajin cobek di Mojokerto raup keuntungan jutaan rupiah-Fio Atmaja-
Mojokerto, mojokerto.disway.id - Ahmad Solikin (35), seorang perajin cobek di Desa Mlaten, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, telah meraup keuntungan juataan rupiah dari usaha yang ditekuni sejak 2014. Dengan bantuan lima karyawan, Solikin mampu menghasilkan 700-800 cobek tanah liat berbagai ukuran.
Selama peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, para perajin cobek di Desa Mlaten mendapat banjir pesanan. Akibatnya, omzet Solikin meningkat tiga kali lipat, meraih puluhan juta rupiah.
Perajin dengan telaten memberi warna alami cobek-Fio Atmaja-
Menurutnya, saat Bulan Maulid, permintaan cobek meningkat pesat dibandingkan bulan-bulan biasa, bahkan omzet produksi cobek biasanya Rp 15.000.000 juta per bulan, naik menjadi Rp 45.000.000 juta.
"Saya bersyukur omzet di Bulan Maulud ini meningkat tiga kali lipat dari biasanya," ucap Solikin, Kamis (28/9/2023).
Solikin menjelaskan bahwa cobek-cobek diproduksi sering digunakan dalam tradisi turun-temurun saat peringatan Maulid Nabi Muhammad.
Cobek-cobek ini digunakan sebagai wadah makanan atau tumpeng dalam peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
"Cobek-cobek ini sangat diminati di Pasuruan, dan hampir seluruh daerah di Pasuruan menggunakan cobek karena sudah menjadi tradisi," ujarnya.
Proses pembuatan cobek ini membutuhkan waktu yang lama, pembuatan cobek dimulai dengan merendam tanah liat dalam air selama empat hari.
Kemudian, tanah liat tersebut dibentuk seperti balok dan dipotong kecil-kecil untuk dicetak dengan mesin pengepresan.
Setelah selesai dicetak, cobek dihaluskan dan diberi pewarna alami, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari. Cobek yang sudah kering kemudian dimasukkan ke dalam tungku dan dibakar selama kurang lebih lima jam.
Para pekerja mampu menyelesaikan 700-800 cobek per bulan-Fio Atmaja-
Setelah proses pembakaran selesai, cobek yang sudah matang tersebut diatur dan dibersihkan dari sisa-sisa abu.
Hasil buah karya warga Puri tersebut banyak diminati dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Kalimantan, Sumatra, NTT, dan NTB.
Sumber: